A. Internalisasi
Belajar dan Spesialisasi
2.1. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah generasi yang diharapkan terhadap bangsa
dan negaranya untuk meneruskan generasi sebelumnya. Tapi terkadang pemuda zaman
sekarang tidak menyadari bahwa di diri mereka terbebani menjadi pengganti
generasi sebelumnya.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya
terbebani berbagai macam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini
dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan
melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas
yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
2.2. Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses yang mempelajari
tentang norma-norma masyarakat yang akan membentuk kepribadiannya di lingkungan
masyarakat dan dapat berfungsi sebagai peranan di kelompok individu.
Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses
belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu
menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami.
Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang
menghayati (mendarahdagingkan – internalize) norma-norma kelompok di mana ia
hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak
ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.
2.3. Internalisasi
Belajar dan Sosialisasi
Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat. Sedangkan sosialisasi adalah suatu proses yang mempelajari
tentang norma-norma masyarakat yang akan membentuk keperibadiannnya di
lingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi dan Sosialisasi di
dalam lingkungan masyarakat, maka tidak akan ada perubahan dilingkungan itu.
2.4. Proses
Sosialisasi
Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai
cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku
seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi
tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan
lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian
melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan
sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat
berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu
proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem
sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan
kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi
yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi di titikberatkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu
proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian
(self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri
sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian:
1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
1. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak
terhadap norma-norma sosial.
Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses
sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan
standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus,
proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat
atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan
pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan
kebudayaan masyarakat.
Media Sosialisasi, yakni:
1. Orang tua dan keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Teman bermain
5. Media Massa
Tujuan Pokok Sosialisasi, yaitu:
1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi
kehidupan kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkankan
kemampuannya.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
4. Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan
pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
2.5. Peranan Sosial
Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang
dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi
oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara
menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak
bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat,
tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan dibiarkan begitu saja. Mahasiswa
dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun
materil bagi siapa saja yang memerlukannya.
Selaku pemuda kita dituntut aktif dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran
pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi
masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda
kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan
anak-anak.
B. Pemuda dan
Identitas
3.1. Pola Dasar
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda
merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah dan merupakan
beban modal bagi para pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda juga menghadapi
pesoalan seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua, frustasi,
kecanduan narkotika, masa depan suram. Semuanya itu akibat adanya jurang antara
keinginan dalam harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Kaum muda dalam setiap masyarakat dianggap sedang mengalami apa yang dinamakan
”moratorium”. Moratorium adalah masa persiapan yang diadakan masyarakat untuk
memungkinkan pemuda-pemuda dalam waktu tertentu mengalami perubahan.
Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi
muda bahwa generasi muda dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yakni:
1. Sosial psikologi
2. sosial budaya
3. sosial ekonomi
4. sosial politik
1. Sosial psikologi
2. sosial budaya
3. sosial ekonomi
4. sosial politik
3.2. Pengertian Pokok
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pengertian pokok pembinaan dan pengembangan Generasi
Muda ada dua yaitu:
1. Generasi Muda sebagai Subyek
Generasi Muda subyek adalah mereka yang telah dibekali
ilmu dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa, dalam rangka kehidupan berbangsa
bernegara serta pembangunan nasional.
1. Generasi Muda sebagai Obyek
Generasi Muda Obyek adalah mereka yang masih
memerlukan bimbingan yang mengarah kan kepada pertumbuhan potensi menuju ke
tingkat yang maksimal dan belum dapat mandiri secara fungsional di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
disusun berlandaskan:
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945
3. Landasan strategis : Garis-garis besar haluan negara
4. Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan
5. Landasan normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam
masyarakat
3.3. Masalah-Masalah
Generasi Muda
Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa
ini adalah:
1. Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di
kalangan generasi muda.
2. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
3. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia.
4. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
5. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasan.
6. Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur.
7. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental.
8. Pergaulan bebas.
9. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika.
10. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
3.4. Potensi-Potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang
perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. 1. Idealisme dan Daya
Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam
tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara
wajar mampu mencari gagasan baru.
1. 2. Dinamika dan
Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan
mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan
kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan,
1. 3. Keberanian Mengambil
Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan,
mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko
itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.
1. 4. Optimis dan Kegairahan
Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah
semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda
merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
1. 5. Sikap Kemandirian dan
Disiplin
Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu
mandiri dalam sikap dan tindakannya.
1. 6. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah.
Secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.
1. 7. Keanekaragaman dalam
Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan
jika dihayati secara sempit dan eksklusif.
1. 8. Patriotisme dan
Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta
memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena
pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk
membela dan mempertahankan NKRI.
1. 9. Kemampuan Penguasaan
Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan
sebagai Transformator dan Dinamisator.
3.5. Tujuan Pokok
Sosialisasi
Tujuan pokok sosialisasi, yaitu:
1. Memberikan keterampilan terhadap seseorang agar mampu mengimbangi hidup
bermasyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
3. Membantu mengendalikan fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui
latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan diri dengan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dan
kepercayaan pokok yang ada dimasyarakat.
C. Perguruan dan
Pendidikan
4.1. Mengembangkan
Potensi Generasi Muda
o
Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan)
yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
o
Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannya.
o
Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari
melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
o
Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata
nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada
masyarakat umumnya.
4.2. Pengertian
Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan
semata-mata menjadi obyek pembangunan tetapi juga merupakan subyek pembangunan.
Sebagai subyek pembangunan, maka setiap orang harus terlibat secara aktif dalam
proses pembangunan, sedangkan sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut
harus bisa dinikmati oleh setiap orang.
Disinilah terletak arti penting dari pendidikan
sebagai upaya terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama
dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara “self
propelling” dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi
minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam
pendidikan penduduknya. Moderenisasi Jepang merupakan contoh prototipe dalam
hubungan ini.
4.3. Alasan untuk
Berkesempatan Mengeyam Pendidikan Tinggi
Dalam hal inilah, maka pembicaraan tentang generasi
muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi
penting. Karena berbagai alasan:
1. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik,
mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya
kesempatan untuk terlibat didalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian
tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
1. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama dibangku sekolah, maka
mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana,
dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya, dan melalui pelajaran
seperti, PPKN, Sejarah dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan
kemasyarakatan dapat diketahui.
1. Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat
menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya dimana hal ini
akan memperkaya khasanah kebudayaannya, sehingga mampu melihat Indonesia secara
keseluruhan.
1. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari
susunan kekuasaan. Struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat,
dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya
mempunyai latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan lebih baik dari
keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada
umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh kedepan serta ketrampilan
berorganisasi yang lebih baik dibandingkan dengan generasi muda lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ginadamar.wordpress.com/2013/01/14/tugas-ilmu-sosial-dasar-4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar